Kecenderungan Hati Dalam Mengajukan Permintaan

KECENDERUNGAN HATI DALAM MENGAJUKAN PERMINTAAN
PERMINTAANMU DARI-NYA MENUNJUKKAN KURANG PERCAYAMU KEPADA-NYA. PERMINTAANMU KEPADA-NYA (AGAR DIA MENDEKATKAN DIRIMU) MENUNJUKKAN KAMU TIDAK MELIHAT-NYA. PERMINTAANMU KEPADA LAINNYA MENUNJUKKAN TIDAK KURANGNYA RASA MALU TERHADAP-NYA. PERMINTAANMU DARI LAINNYA MENUNJUKKAN JAUHNYA KAMU DARI-NYA.
Hikmat 29 (dari serial Haqiqah Sufiyyah, syarah kitab al hikam) ini adalah seperti alat untuk menilai diri sendiri. Perhatikan kecenderungan kita dalam mengajukan permintaan.
Kecenderungan Hati Dalam Mengajukan Permintaan dari lain-NYa
Jika kita cenderung meminta dari lain-Nya, kita ajukan permintaan kepada sesama makhluk, itu tanda hati kita berpaling jauh dari Allah swt. Di dalam hati kita, seolah-olah makhluk memiliki kemampuan penentu sehingga hati kita tidak dapat melihat pada kekuasaan Tuhan.
Cermin hati kita dibalut oleh awan gelap yang mengandung gambar-gambar benda alam, tuntutan syahwat, permainan hawa nafsu yang melalaikan dan tumpukan dosa yang tidak dibersihkan dengan taubat.
Hati yangmengalami keadaan begini dinamakan nafsu amarah.
Amarahbukan saja menyerang orang jahil, orang alim dan ahli ibadah juga bisa menerimaserangannya dan mungkin kalah kepadanya. Agar orang alim tidak terpedaya olehilmunya dan ahli ibadah tidak terpedaya oleh amalnya, perhatikan tempatjatuhnya permintaan.
Jikawarna-warni keduniaan seperti harta, pangkat dan kemuliaan yang menjadi tuntutannyadan kesungguhan usaha dan ikhtiarnya ditujukan semata-mata kepada manusia danalat dalam mendapatkan keperluannya, itu menjadi tanda bahwa hatinya berpalingjauh dari Allah swt.
Perbaikiwajah hati agar ia tetap menghadap kepada Allah swt. Bila wajah hati menghadapkepada Wajah Allah swt, dapatlah mata hati melihat bahwa Allah swt saja yangberkuasa sementara makhluk hanyalah wadah tempat lahiriyah dari pengaruhkekuasaan-Nya.
Kecenderungan Hati Dalam Mengajukan Permintaan kepada lain-Nya
Sedangkan golongan kedua meminta kepada lain-Nya, yaitu walaupun dia memohon kepada Allah swt, tetapi yang dipinta adalah sesuatu selain Allah swt.
Dia mungkinmeminta agar Allah swt memberi karunia kepadanya harta, pangkat dan kemuliaandi sisi makhluk. Permintaannya sama seperti golongan yang pertama cuma diameminta kepada Allah swt tidak kepada makhluk.
Orang darigolongan ini yang lebih baik sedikit ialah yang memohon kepada Allah swt agardiberi karunia faedah-faedah akhirat seperti pahala, surga dan juga keberkahan.Permintaan yang berupa faedah duniawi dan ukhrawi menunjukkan sikap kurangmalunya seseorang hamba itu terhadap Allah swt.
Orang yangseperti ini hanya melihat kepada nikmat tetapi tidak mau mengenal Pemberinikmat.
Perhatikankepada diri kita, apakah kita asyik merengek meminta itu dan ini dari Allah swt.Jika sifat demikian ada pada kita, itu tandanya hati kita masih keras dan perludilembutkan dengan dzikrullah dan amal ibadah agar lahirlah sifat malu terhadapAllah swt Yang Maha Lemah-lembut dan Maha Sopan Santun.
Kecenderungan Hati Dalam Mengajukan Permintaan kepad-Nya
Ada juga orang yang membuat permintaan kepada-Nya, yaitu meminta agar dia didekatkan kepada-Nya. Dia merasakan dirinya jauh dari Allah swt. Inilah orang yang mata hatinya tertutup, tidak dapat melihat bahwa Allah swt lebih dekat kepadanya dari urat lehernya sendiri, Allah swt senantiasa bersamanya walau di mana dia berada.
Bagaimanamelihat Allah swt lebih dekat dari urat leher dan Allah swt senantiasa bersamawalau di mana kita berada, tidak dapat diuraikan. Ia bukanlah penglihatan matatetapi penglihatan rasa atau penglihatan mata hati. Perhatikanlah, seandainyakita cenderung meminta agar didekatkan kepada Allah swt itu tandanya mata hatikita masih kelabu, maka sucikanlah hati dengan shalat, berdzikir danibadah-ibadah lain.
Kecenderungan Hati Dalam Mengajukan Permintaan dari-Nya
Golongan keempat adalah yang mengajukan permintaan dari-Nya. Orang ini mengakui bahwa Allah swt saja yang memiliki segala-galanya. Hanya Allah swt yang berhak memberi apa saja milik-Nya.
Permintaanseperti ini menunjukkan kurang percayanya kepada Allah ar-Rahman, Yang MahaPemurah dan al-Karim, Yang Memberi tanpa diminta. Bukankah ketika kita di dalamkandungan ibu kita belum pandai meminta tetapi Allah swt telah memberi kepadakita sebaik-baik pemberian?
Allah swtyang telah memberi ketika kita belum mengerti bagaimana meminta, Dia jugalahTuhan kita sekarang ini dan sifat Pemurah-Nya yang sekarang ini seperti yangdahulu itu juga. Ketika kita belum pandai meminta kita mempercayai-Nya sepenuhhati mengapa bila kita sudah pandai meminta kita menjadi ragu-ragu terhadapkemurahan-Nya.
Perhatikanlah, jika kita masih meminta-minta itu tandanya belum bulat penyerahan kita kepada-Nya. Penting bagi orang yang melatihkan dirinya untuk dipersiapkan menemui Tuhan membulatkan penyerahan kepada-Nya tanpa keraguan sedikit pun.
Membulatkan Penyerahan kepada-Nya
Ketika menjelaskan Hikmat 28 (Pembimbing Jalan Hakiki) telah diuraikan keadaan orang yang telah memperoleh hal yang berhubungan dengan hakikat.
Kesempatanmengalami hakikat bukanlah akhir pencapaian. Seseorang haruslah mencapai maqamketeguhan hati (istiqamah) sebelum mencapai maqam kewalian. Pada maqam kewalianseorang hamba dikaruniakan penjagaan dan perlindungan-Nya.
Orang yangbelum sampai pada keteguhan hati tidak lepas dari mengajukan permintaan kepadaAllah swt. Permintaannya bukan lagi berbentuk duniawi atau ukhrawi, tetapi yangdimintanya ialah keteguhan hati, penjagaan dan pelindungan-Nya.
Permintaanorang yang berada pada tahapan ini menunjukkan dia belum bebas sepenuhnya darisifat-sifat kemanusiaan yaitu dia belum mencapai fana hakiki. Orang yang beradapada tahapan ini haruslah berhati- hati dengan pencapaiannya. Janganlahterpedaya dengan perolehan makrifat karena makrifat itu juga merupakan ujian.
Aisyah ra.berkata, “Wahai Rasulullah sesungguhnyaengkau memperbanyak membaca;
‘Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu dan ketaatan kepada-Mu’
(HR Imam Ahmad 24938; Imam at Tirmidzi, no. 3444; Imam Ibnu Majah, no. 3824)
Ketahuilah jika seseorang mendatangi Allah swt berbekalkan amal, maka Allah swt menyambutnya dengan perhitungan. Jika amalnya dihisab dengan teliti niscaya tidak ada satu pun yang layak dipersembahkan kepada Allah swt.
Jika dia mendatangi-Nya dengan ilmu pengetahuan maka Allah swt menyambutnya dengan tuntunan. Ilmunya tidak mampu menyatakan kebenaran yang hakiki.
Jika dia mendatangi-Nya dengan makrifat maka Allah swt menyambutnya dengan hujah. Dia tidak akan dapat memperkenalkan Allah swt.
Oleh itu singkirkan tuntutan dan pilihan agar Allah swt tidak membuat tuntutan kepada kita. Lepaskan ilmu kita, amal kita, makrifat kita, sifat kita, nama kita dan segala-galanya agar kita menemui Allah swt seorang diri tanpa sebarang bekal.
Pertemuan Ubudiyah dengan Rububiyah
Jika maumencapai keadaan ini ikhlaskan hati untuk semua amal perbuatan kita. Perbaikiniat dan bersabar tanpa mengeluh atau membuat tuntutan. Kemudian naik kepadaridha dengan hukum-Nya. Insya Allah kita akan menemui-Nya, yaitu pertemuanubudiyah dengan Rububiyah.
Suasanayang disebutkan di atas telah digambarkan oleh Rasulullah saw dengan sabdabaginda saw yang bermaksud:
“Tidak ada amal perbuatan anak Adam yang melepaskan dirinya dari azab Allah swt melebihi amalan berdzikir kepada Allah ‘Azza wa Jalla’. (HR Imam at Tirmidzi, no. 3299; Imam Ahmad, no. 20713, no. 21064, no. 26149; Imam Malik, no. 441, Imam Ibnu Majah, no. 3780)
Baginda sawjuga bersabda yang bermaksud:
“Berfirman Allah ‘Azza wa Jalla: ‘Barangsiapa menghabiskan waktunya berdzikir kepada-Ku, tanpa meminta kepada-Ku, niscaya Aku berikan kepadanya yang lebih utama daripada apa yang Aku berikan kepada mereka yang meminta”.
Dzikir Yang Sesungguhnya
Dzikir yang sesungguhnya adalah penyerahan secara menyeluruh kepada Allah swt dalam segala hal agama, baik mengenai dunia maupun mengenai akhirat.
Shalatnya,ibadahnya, hidupnya dan matinya hanya karena Allah swt semata-mata. Diamelaksanakan shalat, beribadah dan melakukan sesuatu pekerjaan atau perbuatankarena mengabdikan diri kepada Allah swt.
SeandainyaAllah swt tidak menjadikan surga dan neraka, juga tidak mengadakan dosa danpahala, maka shalatnya, ibadahnya, pekerjaannya dan perbuatannya tetap jugaserupa. Mutu kerja dimana dia menerima upah dan kerja dimana dia tidak menerimaupah adalah sama. Hatinya tidak cenderung untuk memperhatikan upah karena apasaja yang dia lakukan adalah karena Allah swt.
Hatinyabukan saja tidak memperhatikan upah dari manusia, bahkan ia juga tidakmengharapkan apa-apa balasan dari Allah swt. Kekuatan untuk mengingat Allah swtdan berserah diri kepada-Nya merupakan “upah” yang sangat agung, tidak perlu lagi menuntut upah yanglain.
Hamba yangdzikirnya sudah larut ke dalam penyerahan, segala urusan hidupnya diurus olehTuhannya. Dia adalah umpama bayi yang baru lahir, senantiasa dipelihara, dijagadan dilindungi oleh ibunya.
Pemeliharaan, penjagaan dan perlindungan Allah swt melebihi apa saja yang mampu dikeluarkan oleh makhluk. Hamba diamana Allah swt masukkan ke dalam daerah pemeliharaan, penjagaan dan perlindungan-Nya itu dipanggil wali Allah, yaitu hamba yang dipelihara, dijaga dan dilindungi oleh Allah swt dari lupa kepada-Nya, durhaka kepada-Nya, hilang ketergantungan kepada-Nya dan juga dari gangguan makhluk-Nya.
Permintaan dan Kedudukan, syarah kitab al hikam, di tulis ulang oleh patriapurwakarta.com
Komentar
Posting Komentar