Pembimbing Jalan Hakiki Dalam Perjalanan Ruhani

TIDAK BERCITA-CITA SEORANG SALIK UNTUK BERHENTI KETIKA TERJADI KASYAF (TERBUKA PERKARA GHAIB) MELAINKAN SUARA HAKIKI BERSERU KEPADANYA: “APA YANG KAMU CARI MASIH JAUH DI HADAPAN (OLEH ITU JANGAN KAMU BERHENTI)!”
DAN TIDAK TERBUKA BAGINYA ALAM MAYA MELAINKAN DIPERINGATKAN OLEH HAKIKAT ALAM ITU: “SESUNGGUHNYA KAMI ADALAH UJIAN, KARENA ITU JANGANLAH KAMU KUFUR!”
Latihan pensucian hati membawa ruhani si salik meningkat dari satu tahap ke tahap yang lebih tinggi. Kekuatan ruhaninya bertambah dan pada waktu yang sama juga pengaruh serta kesadaran inderawinya berkurang.
Dalam keadaan seperti ini ruhaninya mampu menjadi penasehat pada dirinya sendiri. Bila terlintas dalam hatinya untuk melakukan kesalahan akan tercetuslah perasaan membantah perbuatan tersebut, seolah-olah ada orang yang menasehatinya.
Apabila sampai pada satu tahap kesucian hati, akan terbuanglah dari hatinya lintasan-lintasan yang bersifat duniawi, syetani dan nafsu.
Pembimbing Jalan Hakiki dan Lintasan Hati
Lintasan duniawi menyeret pada kelalaian, kesenangan dan kegembiraan harta benda.
Lintasan syetani menyeretnya untuk melakukan syirik dan bida’ah yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah saw.
Sedangkan lintasan nafsi mendorong pada maksiat dan kemunkaran. Bila hati sudah terdinding dari lintasan-lintasan jahat, maka hati akan didatangi oleh lintasan malaki (malaikat) dan Rahmani (Tuhan).
Lintasan malaki mengajak untuk berbuat taat kepada Allah swt dan meninggalkan larangan-Nya.
Sedangkan lintasan Rahmani adalah tarikan langsung dari Tuhan. Dalam lintasan-lintasan duniawi, syetani, nafsu dan malaki, manusia mempunyai pilihan untuk menerima ataupun menolak cetusan atau rangsangan yang diterimanya itu.
Lintasan Rahmani
Akal dan imannya dapat memikirkan dan menimbang sebab dan akibat jika dia mengikuti suatu rangsangan itu. Tetapi, dalam lintasan Rahmani, hamba tidak mempunyai pilihan, tidak ada hukum sebab akibat yang dapat mencegahnya dan tidak ada hukum logika yang dapat menguraikannya.
Misalnya, seorang yang tidak pernah pergi ke laut, tiba-tiba pada satu hari tanpa dapat ditahan-tahan dia pergi ke laut dan mandi, lalu mati lemas. Soalnya, tidak dapat diterangkan mengapa dengan tiba-tiba dia mau mandi di laut dan dia tidak dapat melawan keinginan yang timbul di hatinya itu.
Kekuatan yang menariknya ke laut dan mandi lalu mati di situ dinamakan lintasan Rahmani atau tarikan ketuhanan. Dalam perjalanan kejiwaan mungkin seorang salik itu menerima lintasan Rahmani yang menyeretnya melakukan sesuatu yang kelihatan aneh, tidak masuk akal dan dia sendiri tidak dapat memberi penjelasan tentang tindak tanduknya walaupun dia masih dapat melihat perbuatan yang dilakukan oleh dirinya sendiri tersebut.
Pengembaraan ke dalam Alam Kejiwaan
Sewaktu melakukan pengembaraannya ke dalam alam kejiwaan, seorang salik mungkin memperoleh kasyaf yaitu terbuka keghaiban kepadanya.
Dia dapat melihat sesuatu yang tersembunyi. Dia mungkin dapat melihat peristiwa yang akan terjadi, dan yang telah terjadi. Mungkin juga dia dikaruniai karamah seperti “mulut asin”, berjalan di atas air, menyembuhkan penyakit dan lain-lain. Dia juga mungkin dapat melihat dengan mata hatinya keadaan Alam Barzakh, surga dan neraka.
Penemuan hal-hal yang ganjil, ajaib dan indah-indah yang dapat mempesonakan si salik dan bisa menyebabkan dia menjadi keliru dan merasa bahwa dia sudah sampai ke puncak, lalu berhenti di situ.
Lebih membahayakan lagi jika seorang salik tidak mendapat bimbingan guru atau guru yang membimbingnya tidak memahami tentang seluk-beluk alam kejiwaan.
Seorang guru tidak dapat menjelaskan pengalaman aneh yang dialami oleh murid lalu murid tidak ada pilihan kecuali membuat tafsirannya sendiri. Oleh karena pengalaman tersebut adalah berhubungan dengan hal yang ghaib maka murid tadi mudah menyangka bahwa segala yang ghaib itu adalah aspek ketuhanan.
Di sini timbul berbagai anggapan tentang Tuhan, karena dia menyangka bahwa dia telah melihat Dzat Tuhan. Timbullah sangkaan bahwa Tuhan adalah nur dengan warna yang tertentu.
Ada pula yang beranggapan Tuhan itu rupanya tegak seperti huruf alif.
Ada pula yang mengatakan Tuhan adalah cahaya yang sangat halus.
Bermacam-macam lagi anggapan tentang Tuhan muncul akibat kejahilan mengenai alam ghaib. Prasangka yang meletakkan Dzat Allah swt di dalam ruang dan berbentuk sesuatu adalah kekufuran.
Bahaya penyelewengan akidah kepada orang yang belajar ilmu hakikat kepada yang bukan mursyid adalah besar. Orang yang belajar ilmu hakikat dengan cara demikian, membicarakan Dzat Ilahiat dengan menggunakan akalnya sedangkan akal tidak ada pengetahuan tentang dzat.
Kehadiran Guru Sebagai Pembimbing Jalan
Murid atau salik yang mendapat bimbingan dari guru mursyid dan memperoleh rahmat, taufik dan hidayah dari Allah swt dan akan dapat melewati fitnah tersebut di atas dengan selamat.
Salik yang masuk ke dalam Tarikan ketuhanan akan berjalan terus walau apa saja yang ditemuinya di tengah jalan, sekalipun dia ditawari surga.
Tarikan ketuhanan yang memimpin salik itu dinamakan Petunjuk Ilmu, Perintah Batiniyah, Petunjuk Laduni atau Suara Hakiki atau Pembimbing Hakiki. Ia adalah tarikan langsung dari Allah swt agar hamba yang ingin ditemui oleh Allah swt itu selamat sampai kepada-Nya.
Salik menafikan semua yang ditemuinya. Sebab selagi masih dapat disaksikan berarti ia adalah sifat, bukan dzat. Sepanjang perjalanannya salik melihat bekas gubahan Tuhan, pengungkapan hikmat kebijaksanaan-Nya dan tanda-tanda yang memberi pemahaman tentang Dia.
Dzat Ilahiat tetap tinggal tertutup rapat oleh nur di balik nur dan tidak dapat ditembus oleh siapa pun dan penglihatan yang bagaimana pun. Jika nur yang disaksikan, maka nur adalah salah satu dari tanda-tanda-Nya dan juga salah satu dari Nama-nama-Nya. Setelah habis yang dinafikan salik sampai pada puncak kedunguannya yaitu pengakuan tentang kelemahannya mengenai Dzat Ilahiat.
Inilah puncak pencapaian dan orang yang sampai pada hakikat ini yang dinamakan orang yang bermakrifat atau orang yang mengenal Allah swt. Dia mencapai hakikat maksud:
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ ۖ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ [٤٢:١١]
“Tidak ada sesuatu apa pun menyerupai-Nya. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. (Surah as Syura : Ayat 11)
Tidak ada yang menyerupai-Nya dan menyamai-Nya, mana mungkin ada gambaran tentang-Nya yang dapat ditangkap oleh penglihatan?
Kebodohan dan Kedunguan adalah hijab
Kebodohan dan kedunguan adalah hijab yang asli dan tidak mungkin tersingkap tentang Dzat Ilahiat kecuali pada hari akhirat apabila seorang hamba diizinkan memandang dengan pandangan mata.
Sebelum itu tidak mungkin melihat Allah swt dengan nyata. Hal dimana diistilahkan sebagai melihat Allah swt adalah menyaksikan Allah swt pada sesuatu yang didalamnya terdapat wujud penciptaan-Nya, tanda-tanda-Nya, hikmat-Nya dan kehendak-Nya.
Ia merupakan penglihatan akal serta mata hati atau melihat Nur-Nya yaitu melihat Rahasia Allah swt yang tersembunyi pada seluruh kejadian-Nya. Dzat Ilahiat tetap tinggal tertutup oleh keghaiban yang mutlak (Ghaibul Ghuyub).
Orang sufi selalu mengatakan mereka melihat Allah swt. Apa yang mereka maksudkan ialah penglihatan ilmu dan penglihatan hati nurani, penglihatan yang mengandung rasa kecintaan yang sangat mendalam terhadap Allah swt, dan kerinduan yang membara di dalam hati mereka.
Itulah penglihatan mereka yang sangat menginginkan Allah swt. Jangan ditafsirkan ucapan mereka secara lafaz dzahir, tetapi selami hati mereka untuk memahami keasyikan dan kemabukan yang mereka alami.
Pembimbing Jalan, syarah kitab al hikam, di tulis ulang oleh patriapurwakarta.com
Komentar
Posting Komentar